Selasa, 05 Februari 2013

Pengukuhan Desa Ekowisata Pancoh


Pengukuhan Desa Ekowisata Berbasis Masyarakat
Sebagai tindak lanjut dari program desa ekowisata yang dilaksanakan oleh LPTP (Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan) bekerjasama dengan KLH (Kementerian Lingkungan Hidup)  dan Puspar (Pusat Pariwisata) UGM, dilakukan pengukuhan desa ekowisata. Tiga lokasi dampingan LPTP yaitu Dukuh Pancoh di desa Girikerto, Dukuh Sambi dan Dusun Wonogiri di desa Pakembinangun dikukuhkan menjadi desa ekowisata.

Pengukuhan sebagai desa ekowisata ini dilakukan di Dusun Pancoh, Desa Girikerto, Kecamatan Turi  Kabupaten Sleman pada tanggal  14 Februari 2012.  Pengukuhan dihadiri Muspika Kecamatan Turi, wakil dari Kabupaten Sleman dan Puspar UGM. Masyarakat dari tiga dusun itu juga hadir menyaksikan acara pengukuhan yang dimeriahkan dengan pertunjukan kesenian rakyat.
 
Agenda pengukuhan desa ekowisata itu diawali dengan tarian anak-anak Dusun Pancoh. Setelah itu ada sambutan-sambutan dari kepala desa Girikerto, dari LPTP diwakili Alim Muhammad, SE yang merupakan sekretaris Badan Pengurus Yayasan LPTP. Selain itu juga ada sambutan dari Puspar UGM yang diwakili Esti Cemporaningsih, ST, Msi  dan dari pemerintah Kabupaten Sleman diwakili staf ahli Bupati Sleman.
 
1_ekowisata_01Suharto, Kepala Desa Girikerto sangat mendukung dikembangkannya Desa Girikerto menjadi desa ekowisata. “Banyak potensi yang masih bisa dikembangkan untuk mendukung desa ekowisata di sini. Kita harapankan juga  ada kelanjutan program pendampingan karena program yang sudah berjalan baru bersifat rintisan,” demikian di katakan  olehnya saat memberi sambutan.
 
Sementara Bupati Sleman yang diwakili staf ahlinya juga memberikan dukungan terhadap dusun-dusun yang sudah mengembangkan diri menjadi desa ekowisata. “Kita berharap desa ekowisata bisa menjadi bagian dari proses pengembangan ekonomi pedesaan serta terwujudnya keseimbangan ekosistem di lingkungan masyarakat desa ini.”
 
Untuk semakin memantapkan diri sebagai desa ekowisata, dua desa itu menjalin hubungan dengan forum desa wisata yang ada di Kabupaten Sleman. Di samping itu, untuk mendukung pengembangan desa ekowisata telah dilakukan berbagai hal seperti pengembangan lingkungan hidup yang berkaitan dengan konservasi, rehabilitasi dan pengelolaan lingkungan yang baik. Peningkatan kapasitas manusia dalam pengelolaan lingkungan hidup juga terus dilakukan.
 
Sebenarnya telah cukup lama team LPTP berada di dua desa itu. Team LPTP telah berada di dua desa ini sejak erupsi Merapi tahun 2010. Diawali dengan kegiatan tanggap darurat bencana Merapi kemudian dilanjutkan dengan program pemulihan dini dari ekses bencana Merapi dan yang terakhir melaksanakan program pengembangan desa ekowisata berbasis masyarakat.
 
2_ekowisataTeam LPTP yang dikoordinir Bejo Sibet dan dibantu Sri Sumarti, Weny serta Sulistyo telah memfasilitasi terbentuknya  pengelola ekowisata di tiga dusun pada dua desa itu. Berdasarkan kesepakatan warga tiga dusun itu sendiri telah dipilih ketua pengelola ekowisata di masing-masing dusun. Mereka adalah Haryono dari Dusun Sambi Desa Pakembinangun, Suharmoko dari Dusun Kertodadi Desa Pakembianngun dan Sarimin dari Dusun Pancoh.
 
Dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup yang lebih baik lagi, terutama dalam hal pengolahan sampah, KLH berkerjasama dengan LPTP Surakarta dan Puspar UGM telah memberikan bantuan 6 unit mesin perajang sampah pada tiga dusun ini. Selain itu Team LPTP juga mengenalkan biogas. Biogas ini berbahan limbah ternak sapi dan mampu menghasilkan energy yang dapat dimanfaatkan untuk penerangan dan untuk keperluan memasak. Selain itu juga dapat dihasilkan pupuk organic untuk pertanian.
 
Sebagaimana di katakan kepala desa Girikerto dalam sambutan pengukuhan desa ekowisata, banyak  potensi desa yang dapat dikembangkan sebagai obyek wisata menarik. Lokasi geografis desa yang berada di lereng Merapi, dengan karakteristik tradisionalnya yang masih kuat memiliki potensi besar menarik wisatawan. 
 
Desa yang berada di lereng Gunung Merapi ini memiliki pemandangan alam bagus dan udara sejuk. Kontur tanahnya bergelombang naik turun dengan pemandangan alam yang indah. Masing-masing dusun juga memiliki kekhasan berupa hamparan kebun salak yang luas dan tersebar di mana-mana. Kegiatan pertanian yang dominan di kawasan ini memang kebun salak. Wilayah ini penghasil buah salak madu, salak pondoh, salak jawa dan salak gading. Produk kebun salak itu untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik  dan sebagian sudah menjadi komuditas ekspor.
 
Dalam hal yang menyangkut kuliner, di kawasan  pedesaan itu juga terdapat aneka makanan khas desa yang menarik. Di antaranya adalah jadah tempe bacem, brem salak dan minuman Jare yang merupakan minuman berbahan jahe dan sere. Minuman ini nikmat diminum dalam cuaca dingin.
 
3_ekowisataUntuk peternakan di kawasan ini terdapat kandang ternak kelompok. Kebisaaan masyarakat desa itu adalah mengandangkan ternaknya baik sapi maupun kambing pada kandang ternak kelompok yang dipusatkan di tempat tertentu dan dikelola bersama. Di sini para wisatawan nantinya dapat belajar tentang ternak komunal dan juga bisa belajar ternak kambing PE dengan produk susu kambingnya.
 
Masyarakat tiga dusun ini juga kaya dengan kesenian tradisional terutama di Desa Girikerto. Di situ terdapat seniman-seniman Jawa yang ahli dalam berkesenian wayang orang, ketoprak, jathilan (jaran kepang), tari-tarian dan pengrawit (penabuh gamelan). Kehandalannya dalam berkesenian itu ditampilkan  saat acara pengukuhan desa ekowisata. Mereka mementaskan tari-tarian, pethilan cerita wayang orang dan kerawitan yang memikat penonton. 
 
Kawasan tiga dusun ini pola tradisionalnya masih kuat. Di desa itu pada waktu tertentu masih diselenggarakan beberapa ritual dusun yang melibatkan partisipasi hampir seluruh warga desa. Ritual desa yang masih dipelihara dengan baik adalah mertibumi, sawalan dan muludan.
 
Mertibumi (bersih desa) merupakan ritual tahunan yang  diikuti oleh seluruh masyarakat desa. Acara mertibumi ini selalu ditunggu masyarakat desa karena diikuti perayaan yang menggembirakan.   Pada mertibumi ini  diadakan kenduri di kantor dusun dan kalurahan. Pada waktu itu dibuat rowodan (tumpeng besar) yang bahannya menggunakan hasil bumi setempat  seperti kacang-kacangan, buah-buahan,  padi-padian, sayuran, palawija sebagai lambang kemakmuran yang diberikan Tuhan sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur. 
 
Kegiatan mertibumi dipimpin oleh tokoh agama setempat yang sekaligus memimpin doa kepada Tuhan agar terbebas dari bencana dan mendapat berkah, keselamatan serta kesejahteraan. Dalam penyelenggaraan mertibumi juga diselenggarakan pesta seni rakyat seperti pertunjukan ketoprak, jathilan, pethilan, kerawitan dan pameran/basar.  Acara mertibumi ini diakhiri pertunjukan wayang kulit semalam suntuk. Dalangnya dari desa itu sendiri.
 
5_ekowisataMertibumi yang diselenggarakan di tingkat dusun penyelenggaraannya dipusatkan di kantor pemerintahan dusun. Untuk  mertibumi tingkat desa terdapat kegiatan pengambilan air di sedang panguripan yang merupakan mata air desa yang dijaga kelestariannya. Pengambilan air ditempatkan pada 13 kendhi (tempat air dari tanah) untuk sejumlah 13 dusun. Prosesi pengambilannya diarak oleh putri domas dikawal pasukan berpakaian prajurit Mataram masa dulu dan bersenjata tradisional Jawa.
 
Pengambilan air ini dipimpin oleh juru kunci sendang panguripan. Kemudian 13 kendhi disemayankan di kantor desa selama satu malam. Hari selanjutnya 13 kendhi berisi air itu kemudian dibagikan pada 13 kepala dusun dan selanjutnya di kucurkan di batas masing-masing  dusun sebagai symbol untuk tolak balak atau penolak bencana.
 
Mertibumi diadakan di bulan sapar menurut penanggalan Jawa. Perayaan ini menyedot perhatian masyarakat desa dan menjadi daya tarik kuat untuk wisatawan. Pelaksanaan mertibumi ini berlangsung selama tiga hari dan menggembirakan masyarakat desa.
 
Sedang acara Sawalan merupakan  kenduri menyambut bulan Sawal. Kenduri dilakukan di rumah tokoh yang dituakan masyarakat desa. Untuk Muludan juga diperingati dengan menyelenggarakan kenduri secara bersama-sama dan dilakukan di rumah tokoh yang dituakan.
 
Cukup banyak potensi tradisional yang dimiliki tiga dusun di lereng Merapi yang mengukuhkan diri menjadi desa ekowisata itu.  Potensi-potensi yang ada itu akan sangat bermanfaat jika dikembangkan dan tentu dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Yang penting mereka bisa menjadi subyek yang mampu mengembangkan pariwisata di daerahnya sendiri dan bukannya sekedar obyek tontonan para wisatawan.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar